Semoga kelak bertemu di surga

January 08, 2011 Amy 3 Comments

Imajinasiku sering kemana-mana. Kadang sulit berhenti andai ada visi yang muncul. Suka dikatain, apa lagi ngelamun. Terus aku bilang enggak, ada inspirasi tulisan. Dan supaya tidak kosong banyak-banyakin menyebut nama Allah.

Tadi pagi, aku merasa bertemu Imam Al Ghazali. Terus aku bilang ke pak Ghazali ini (sok akrab ceritanya). "Pak Ghazali, bukunya kok tebel-tebel sih, mahal lagi. Saya hanya sanggup mengutip sedikit-sedikit dari tulisan bapak di internet. Itupun komputernya pake minjem". Jawab pak Ghazali "mbak, saya sekarang ini di surga bukan karena tulisan-tulisan saya. Ini karena Allah ridho pada saya, saat saya ikhlas menolong seekor lalat yang terbenam di tinta saya. Belajar semampunya, lewat media apa saja. Bila mampu diamalkan dengan ikhlas, semoga kelak kita bertemu di surga". Jawabku "Amin pak Ghazali, Insya Allah saya akan berusaha ikhlas untuk membantu orang lain atau makhluk hidup lain yang membutuhkan".

Terus aku seakan bertemu dengan Nabi Yusuf yang ganteng. Subhanallah, ketampanan wajahnya membuat jantungku berdebar keras. Aku mencoba berakrab-akrab dengan Nabi Yusuf , aku bilang "Nabi Yusuf, saya mengagumi Nabi karena ketabahan dan kesabaran Nabi menghadapi saudara-saudara sendiri yang iri pada Nabi. Belum lagi menghadapi godaan wanita-wanita cantik. Andai saya punya sedikit saja ketabahan, kesabaran dan kebijakan Nabi untuk menghadapi kebencian dan rayuan". Jawab Nabi Yusuf padaku "saya bisa menghadapi semua karena saya takut pada Allah. Semua kasih sayang Allah pada saya tidak ada artinya dibandingkan dengan kebencian saudara-saudara sendiri dan rayuan wanita-wanita cantik. Semoga kelak kita bertemu di surga". Jawabku pada Nabi Yusuf  "Amin Nabi Yusuf. Semoga saya selalu bisa merasakan kasih sayang Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sehingga saya bisa menghadapi kebencian dan rayuan orang pada saya dengan bijaksana".

Setelah itu aku ketemu Nabi Ayyub yang sabar dengan seluruh keluarganya. Aku bilang ke Nabi Ayyub "Nabi Ayyub, saya mengagumi Nabi karena kesabaran Nabi. Saya dijauhkan dari anak-anak saya tanpa saya kehendaki. Bahkan emosi saya dipermainkan oleh mantan suami dan keluarga besarnya. Andai saya memiliki sedikit saja keteguhan hati, kesabaran untuk terus beribadah seperti saat Nabi kehilangan seluruh harta, istri dan anak-anak". Nabi Ayyub menjawab "semua harta, anak, istri hanyalah titipan Allah yang bisa diambil sewaktu-waktu. Ikhlaskan semuanya dan selalu meminta pertolongan Allah. Semoga kelak kita bertemu di surga". Aku menjawab "Amin Nabi Ayyub. Semoga saya bisa selalu ikhlas akan semua titipan Allah, menjalankan ibadah dan selalu minta pertolongan Allah".

Akhirnya aku ketemu Ibu 'Aisyah, istri Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Aku bilang ke Ibu 'Aisyah "Ibu, saya sangat mengagumi Ibu. Ibu seorang yang pandai, menguasai fikih, banyak menghafal kejadian saat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan ucapan-ucapan beliau. Andai saya saya memiliki sedikit dari kecerdasan, ketabahan, dan keteguhan hati Ibu untuk selalu menjaga kehormatan". Ibu 'Aisyah tersenyum lama (aku jadi malu, aku masih awam banget dalam hal pemahaman dan pengamalan ajaran Islam). Akhirnya Ibu 'Aisyah menjawab "sebetulnya saya ini sangat pencemburu selama mendampingi Nabi, tapi selalu saya berusaha ikhlas dan menahan diri.. Selalu belajar, memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Jagalah kehormatan sebagai wanita, karena malu adalah sebagian dari iman. Semoga kelak kita bertemu di surga". Jawabku "Amin Ibu 'Aisyah. Insya Allah, saya akan berusaha terus belajar dan mengamalkan. Dan saya akan selalu mengingat bahwa punya rasa malu adalah bagian dari iman".

Perjalananku mempertemukanku pada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang sangat aku kagumi. Aku menangis, saking terharunya. Aku berkata "Wahai Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Saya merasa tidak percaya diri dalam hal ibadah, juga dalam menolong orang lain. Andai saya punya sedikit kemampuan untuk bisa shalat khusuk seperti Nabi, dan kemuliaan akhlak agar bisa selalu bijaksana menghadapi orang lain". Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab (dan aku masih menangis) "selalu merendahlah diri di hadapan Allah. Beribadah seakan-akan Allah ada di hadapan kita. Berbahagialah bila orang lain berbahagia, dan rasakan kesedihan orang lain bila mereka sedih, serta cobalah membantu mereka. Bacalah Al Qur'an, pahami dan amalkan. Ajarkan pada orang lain semampu kamu. Semoga Allah selalu menyertaimu. Dan semoga kelak kita bertemu di surga". Aku hanya bisa menjawab "Amin" (sambil terus menangis, tidak bisa berkata-kata apa-apa lagi.

Terakhir aku menemukan diriku tersungkur, dan berdoa pada Allah. "Ya Allah, ampuni dosa-dosaku. Aku bukanlah siapa-siapa, hanya sekedar ciptaan Allah yang ditugaskan untuk beribadah dan beramal shaleh. Berilah aku kekuatan untuk selalu hidup di jalan lurus, yang Allah ridhoi..."

(Maafkan atas semua kesalahan penulisan dan penggambaran sosok yang aku temui. Sejauh ini hanya ini kemampuanku untuk menterjemahkan gambaran-gambaran yang aku dapatkan, terima kasih...)

3 comments: